WAKAF MANDIRI - Dewasa ini, penggunaan smartphone adalah suatu hal yang sangat marak dan lumrah. Ini merupakan nikmat, bila dimanfaatkan untuk kebaikan. Namun, bisa menjadi bencana, bila digunakan untuk keburukan. Orang berakal, yang ingin menasehati diri sendiri, ialah yang hanya menggunakan barang-barang tersebut untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Seperti untuk komunikasi yang mubah dan menimba ilmu yang bermanfaat.
Adapun penggunaan smartphone untuk selain tujuan di atas, yang dapat menimbulkan madharat bagi seorang muslim di dunia dan akhirat, maka wajib dihindari. Hal ini agar ia selamat dari penyakit buta mata dan hati. Ini mengingat bahwa cahaya yang berasal dari ponsel (dan semisalnya) dapat menurunkan kemampuan mata, bila dibarengi dengan intensitas yang tinggi dalam bermain smartphone.
Bahkan, terkadang bisa menyebabkan kebutaan; hilangnya nikmat mata. Lebih dari itu, juga bisa menyebabkan buta hati. Hal yang bisa menyebabkan seorang muslim terkena berbagai macam penyakit syahwat yang dapat merusak akhlak, dan penyakit syubhat yang dapat merusak akal.
Allah telah menjelaskan akan bahaya buta hati melalui firmanNya, “Sebab, bukanlah mata yang menjadi buta, tetapi hati yang ada di dalam dadalah yang menjadi buta.” (QS. Al Hajj: 46).
Maksudnya, kebutaan yang menimpa hati adalah kebutaan hakiki yang menyebabkan kerugian di dunia dan akhirat. Dan hal ini disebabkan karena meninggalkan jalan petunjuk, dan memilih jalan kesesatan. Sebagaimana yang Allah kisahkan tentang kaum Nabi Shaleh, “Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk.“ (QS. Fushshilat: 17).
Nabi SAW bersabda, “Ada dua nikmat yang banyak membuat manusia menjadi tertipu, yaitu: sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari, no. 6412).
Hadits ini merupakan hadits pertama dalam Kitab Raqa’iq dari Shahih Bukhari. Maknanya, barangsiapa yang memanfaatkan kesehatan dan waktu luang pada hal-hal yang dapat mendatangkan kebaikan, maka akan beruntung. Dan barangsiapa yang memanfaatkannya untuk hal-hal selain itu, maka ia tertipu dan rugi.
Nabi SAW bersabda, “Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang berbau syahwat.”(HR. Bukhari, No. 6478 dan Muslim, No. 7130).
Maknanya, jalan menuju surga itu sulit dan melelahkan, butuh perjuangan melawan setan dan hawa nafsu yang selalu menyuruh pada keburukan. Oleh karen itu, seorang muslim harus bersabar dalam ketaatan, meskipun terasa berat. Sebab hasilnya pasti terpuji.
Sementara itu, jalan menuju neraka penuh dengan hal-hal berbau syahwat yang disenangi jiwa. Ada yang haram dan ada pula yang mubah (boleh), namun berlebihan dan melampaui batas. Karena itu, seorang muslim harus bersabar; jangan sampai berbuat maksiat, meskipun jiwa cenderung melakukannya. Sebab, akhir daripada kemaksiatan adalah kerugian. Ketaatan memang terasa berat bagi jiwa, sebab ia pahit dan tak terlihat manisnya. Sedangkan kemaksiatan terasa ringan dilakukan karena ia terasa manis dan tak terlihat rasa pahitnya.
Bila laki-laki menggunakan smartphone untuk melihat wanita (yang tidak halal) dan wanita menggunakan untuk melihat laki-laki (yang tidak halal) serta perilaku keji lain, maka hal ini termasuk perilaku zina. Rasul SAW bersabda, “Telah ditentukan atas anak Adam (manusia) bagian zinanya. Ia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari. Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memegang (wanita yang bukan mahram), zina kaki adalah melangkang, zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Muslim, Abu Hurairah)
Fitnah yang ditimbulkan smartphone sangatlah besar dan berbahaya. Berhubung ia ada dalam genggaman orang dewasa maupun anak kecil; ada di rumah mereka siang dan malam. Kepedulian para ayah dan siapa saja yang mempunyai kekuasaan khusus terhadap keselamatan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawab mereka, dari penyalahgunaan ponsel (untuk tujuan buruk) adalah wajib ‘ain.
Allah SWT bersabda, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Rasul SAW bersabda, “Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kalian. Seorang imam (kepala negara) adalah pemimpin dan ia akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Seorang laki-laki (kepala rumah tangga) adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia akan ditanyai tentang kepemimpinanya.” (Hr. Bukhari, no 893 dan Muslim, no: 4724)
Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kaum muslimin untuk mengerjakan semua kebaikan, di mana pun mereka berada, baik pemerintah maupun rakyatnya, laki-laki maupun perempuan, yang besar maupun yang kecil. Juga menjaga mereka dari semua bentuk keburukan yang tampak, maupun yang tersembunyi.