WAKAF MANDIRI - Rasulullah SAW bersabda, “Di antara kebaikan Islamnya seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang bukan urusannya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
Islam mengatur dengan indah, bagaimana seorang mukmin berakhlak terhadap dirinya dan sesama muslim lainnya. Termasuk, bagaimana ia lebih memperhatikan kehidupan akhiratnya daripada terlalu sibuk dengan urusan orang lain.
Peduli pada kebutuhan saudaranya sangat bagus, bahkan diperintahkan syariat. Tapi, terlalu campur tangan, bahkan menyibukkan lisannya, hatinya, dan aktivitas lain yang tak terlalu penting dan mendesak dengan orang lain, akan membuatnya melupakan kewajibannya pada Allah SWT.
Seperti dalam hal berbicara, dia perlu berpikir apakah perkataannya mengandung maslahat atau justru bisa melukai, mendorong pada menyakiti saudaranya, ghibah, dan hal sejenis yang menjerumuskan pada dosa.
Hisan bin Abi Sinan pernah melewati sebuah kamar lalu dia bertanya, ”Sejak kapan kamar ini dibangun?” Kemudian, dia kembali bertanya kepada dirinya sendiri, ”Apa urusanku dengan pertanyaan, sejak kapan kamar ini dibangun?! Sungguh engkau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu.” Kemudian, dia menghukum dirinya sendiri dengan berpuasa selama satu tahun. (Hilyatul Auliya, 3/115)
Setan senantiasa mencari celah, agar seorang hamba terjatuh pada perkataan dan perbuatan sia-sia. Banyak waktu berharga terbuang percuma dengan sibuk dan asyik, hingga lupa waktu. Mereka isi hari-harinya dengan sibuk, menguliti aib orang lain, banyak mengikuti articles-articles yang kurang bermanfaat untuk kehidupan dunia, apalagi untuk kehidupan akhirat. Tenggelam dalam kabar terkini, berselancar di dunia maya tanpa tujuan untuk kemaslahatan diri dan agamanya.
Orang yang gemar membicarakan orang lain dari berbagai sisi, terlebih lagi sisi jeleknya, maka dia akan lupa bahwa dirinya juga memiliki sifat buruk dan kekurangan sebagaimana orang lain. Dan seorang mukmin harus tawadhu’ dan memandang dirinya juga penuh kelemahan.
Disinilah pentingnya muhasabah atau banyak mengoreksi kekurangan dan aib diri sendiri, daripada mengumbar pembicaraan tentang orang lain, secara berlebihan tanpa tujuan mulia. Tetapi hanya untuk memenuhi hawa nafsunya yang cenderung mengajak pada dosa dan permusuhan.
Saatnya kita sibuk dalam kebaikan dan perbuatan yang diridhai Allah SWT. Memperbanyak amal saleh agar dicintai Allah SWT. Berlomba-lomba dalam kebaikan, agar kehidupan kita lebih barakah. Sehingga saat menghadap Allah SWT, kita tergolong hamba-hamba-Nya yang akan memperoleh rahmat dan surga-Nya.