WAKAF MANDIRI - Harta adalah nikmat sekaligus fitnah (ujian) dan bencana, ketika membuat seseorang jauh dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban)
Penggila harta dan pencinta dunia yang lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat, adalah orang yang merugi dan sengsara di dunia maupun di akhirat. Harta yang diburu dengan tamak dan melalaikan tujuan akhirat, akan membuatnya meninggal dalam keadaan su`ul khotimah.
Al-Imam Ibnul Qayyim menceritakan sebuah kisah, “Sebagian saudagar bercerita kepadaku, ada salah seorang kerabatnya sedang sekarat. Waktu itu dia sedang berada di dekatnya. Lalu orang-orang mentalkinkan kepadanya kalimat tayibah, tapi dia malah berkata, Barang ini murah, pembeli ini baik, dan barang ini demikian … demikian.’ sampai meninggal.” (Al-Jawabul Kafi)
Abdul Haq berkata, “Dikatakan pada seseorang yang aku kenal di saat dia hendak meninggal, ‘Katakan La Ilaha Illallah!’ Dia malah berkata, ‘Rumah anu perbaiki bagian ininya dan kebun anu kerjakan di sana.’ Demikian lalu meninggal.” (Al-Jawabul Kafi)
Harta dan segala perhiasan dunia mampu menyihir hati manusia yang kosong dari keimanan pada kehidupan akhirat. Hingga menjelang ajal, segala kenikmatan dunia masih menari-nari di pelupuk matanya. Orientasi obsesi dunia selalu memenuhi hatinya seolah dia hidup selamanya.
Tepatlah kondisi ini sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits, “Anak Adam (manusia) semakin tua dan menjadi besar juga bersamanya dua hal: cinta harta dan panjang umur.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi SAW bersabda, “Hati orang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara, hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Mukmin cerdas, hendaklah lebih fokus mengejar akhirat untuk membangun istana di surga dan tidak terlalu menyibukkan dirinya membangun kehidupan dunia, namun lupa mengumpulkan bekal untuk akhirat. Justru ketika ia cerdas memanfaatkan harta dunia dengan amal saleh, maka inilah harta dunia yang diberkahi Allah SWT. Merekalah mukmin yang cerdas dunia akhirat.
Semakin usia tak muda lagi, justru kian bersemangat untuk mencintai kehidupan akhirat. Terlebih lagi ketika diberikan harta dunia berlebih, maka mereka akan antusias memanfaatkannya untuk bekal di akhirat. Hati dan pikiran tetap sibuk untuk mencari keselamatan akhirat.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Mereka menjawab, ‘Ya Rasulullah! Tidak ada seorangpun di antara kami melainkan lebih mencintai hartanya sendiri.’ Lalu Beliau SAW bersabda, ”Sesungguhnya hartanya sendiri itu apa yang telah dipergunakannya (disedekahkannya) dan harta ahli warisnya ialah apa yang ditinggalkannya.” (HR. Al-Bukhari)
Semoga kita tidak tersihir hatinya dengan kenikmatan harta dari Allah SWT, menjadi ahli akhirat. Saatnya lebih dekat pada pencinta akhirat yang memburu kebahagiaan kekal, daripada penggila dunia yang membuat hati sibuk memikirkan dunia dengan segala kelezatannya. Berdoalah pada Allah SWT agar selamat dari jebakan fitnah harta, sehingga mati dalam kondisi khusnul khotimah.