...
Menjadi Ayah Yang Selalu Dirindukan Anaknya

WAKAF MANDIRI - Menjadi seorang ayah adalah sebuah predikat yang akan selalu melekat pada seorang suami, ketika ia memiliki anak. Profesi atau gelar mulia yang seringkali kurang disadari seorang pria, bahkan ia hadapi dengan biasa-biasa saja, tak ubahnya saat ia telah mengemban amanah sebagai suami.

Anak-anak kita akan tumbuh sesuai dengan apa yang ayahnya biasakan kepada dirinya. Seorang anak sangat membutuhkan kehadiran ayah, sebagaimana pula dia begitu ingin dekat dan dicintai oleh ibunya.

Seorang ayah yang super sibuk dan menyerahkan segala tanggung jawab pendidikan anaknya kepada istrinya, tanpa ada upaya untuk terlibat di dalam membimbing anaknya, ia bukanlah figur orang tua yang baik.

Memang urusan domestik rumah tangga termasuk bagaimana mendampingi mereka belajar, mengembangkan kreativitas, membentuk kepribadian dan karakter, curhat dan juga segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, materi, emosional, dan sosial. Bahkan pembiasaan-pembiasaan yang berhubungan dengan keimanan, akhlak atau ibadah biasanya ditangani seorang istri.

Namun, peran dan tanggung jawab seorang ayah yang peduli dan memilki power full tetap dibutuhkan seorang anak. Sesibuk apapun seorang ayah perlu meluangkan waktunya untuk peduli pada anaknya.

Meski hanya berkirim sms seperti, “Sayangku, sudah shalat belum?” atau mengajaknya bercanda, bermain bersama, atau memberinya kejutan-kejutan kecil. Seperti memberikan hadiah buku dan lain-lain, dengan maksud untuk merekatkan cinta kasih.

Bagaimanapun kondisi dan situasinya seorang anak tetap ingin selalu dekat, baik secara fisik lebih-lebih psikis dengan kedua orang tuanya. Ini fitrah dan naluri. Sebagaimana orang tua juga dianugerahi oleh Allah SWT rasa cinta kepada buah hatinya. Lebih-lebih anak perempuan, biasanya mereka akan dekat dengan orang tuanya. Terlebih lagi ketika mendekati masa remaja.

Ketika ia tak menemukan figur ayah yang baik, bisa jadi ia melampiaskan kegundahan pada kawan prianya, dan ini bisa membuka pintu fitnah. Disinilah pentingnya sosok ayah dalam menghandle anak-anaknya, agar tetap lurus diatas Islam dan mampu menfilter hal-hal yang negatif dengan tumbuhnya perasaan aman dan nyaman bersama kedua orang tuanya.

Dan Islam pun memandang peran ayah sedemikian penting, hingga Rasulullah SAW seringkali bercanda, menghibur dan dekat dengan anak-anak. Sosok ayah penuh cinta dan dicintai anaknya! Rasanya semua pria ingin menjadi ayah yang selalu dirindukan anak-anaknya. Ayah yang lembut tidak kasar, namun tetap disegani anak-anaknya.

“Sungguh tidaklah sifat lemah lembut ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut tercabut dari sesuatu melainkan ia menjadikannya “buruk.” (HR. Muslim).

Salah satu kunci pembuka untuk akrab dan dekat dengan anak adalah sifat lembut. Orang tua yang membiasakan kelembutan dalam mendidik anak, maka anak insya Allah akan bertutur kata lembut, bersikap hati-hati dan tidak berperangai keras lagi kasar.

Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kita bagaimana bergaul dan berinteraksi dengan anak kecil yang didasari rasa kasih sayang yang tulus. Ibnu Abbas menuturkan, “Rasulullah SAW mengunjungi kaum Anshar lalu memberi salam kepada anak-anak mereka serta membelai kepala mereka.” (HR. An-Nasai)

Kedekatan beliau dengan anak-anak, tetap tidak menghalangi untuk menyampaikan nasehat dan bimbingan ketika anak-anak melakukan kesalahan. Sangat indah gambaran Islam tentang kasih sayang seorang ayah yang tulus kepada anaknya. Ayah penuh cinta dan dicintai anak. Saatnya kita bercita-cita dan merenung, sudahkah menjadi figur ayah yang lembut, bijak dan shalih di mata hati anak-anak.