...
Mengejar Impian

WAKAF MANDIRI - Hari-hari bagi seorang mukmin adalah hari kemarin yang mustahil terulang lagi, atau hari ini yang merupakan anugerah termulia dari Allah untuk meraih ridho-Nya. Atau pun hari esok yang kita tak pernah tahu, apakah kita masih bisa menikmatinya.

Kebahagiaan dunia sifatnya nisbi dan akan berakhir, karena dunia tempat persinggahan sementara, bagaikan musafir dalam perjalanan. Lalu dia berteduh di bawah pohon rindang dan tak lama ia akan pergi berlalu melanjutkan pejalanannya.

Dawud Ath-Thoi berkata, “Jadikanlah kehidupan dunia bagaikan satu hari dimana engkau berpuasa, lalu berbuka dengan kematian.” (Shifatush Shofwah, III/ 134).

Al-Hasan mensifati dunia dengan ungkapannya, “Sungguh indah dunia bagi seorang mukmin dia hanya melakukan sedikit amal, tetapi ia adalah bekal menuju surga. Sungguh buruk dunia bagi orang kafir dan munafik, dia menghabiskan malam hanya sebagai bekal yang mengantarkannya ke neraka.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 360 ).

Hal ini menandakan, betapa dunia dengan segala isinya bisa mengantarkan seorang hamba dalam mengejar impian untuk menggapai surga. Namun, ketika ia salah dalam memandang dunia, dunia bisa menjerumuskannya pada siksa neraka.

Seorang mukmin yang memiliki keimanan membara, ibarat besi dibakar semakin kokoh, ia akan mengarahkan tujuan puncak hidupnya untuk mengejar impian akhirat. Mencintai kehidupan akhirat adalah pangkal kebahagiaan sejati.

Al-Fudhail berkata, “Hari-hari telah berlalu dan menceritakan perjalanannya, kemarin bekerja, sekarang beramal dan besok adalah harapan.”

Muhammad bin Al-Hanafiyyah berkata, “Segala sesuatu yang dicari bukan karena Allah, niscaya akan hancur.”

(Hilyatul Auliyaa’, III / 176 ).

Maka, bercita-citalah untuk membangun istana kebahagian abadi di surga. Menyia-nyiakan hidup tanpa keinginan kuat untuk sukses di akhirat, akan membuat kita menyesal selamanya. Ingatlah, surga adalah tempat kebahagiaan yang abadi, tak ada kesedihan sedikitpun didalamnya.

Impian puncak seorang mukmin adalah, sukses memasuki surga Allah SWT. Itulah kebahagiaan yang hanya diraih seorang mukmin, ketika ia menjalani hidup di dunia dengan selalu menjalankan perintah-Nya.

Surga tidaklah dimasuki, kecuali oleh mereka yang memegang kunci-kuncinya. Dan hanya dalam rengkuhan Islamlah semua perjuangan serta pengorbanan ada balasannya. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Engkau berharap kesuksesan sementara tidak berjalan pada tempatnya. Sesungguhnya perahu tidak mungkin berlayar di daratan.” (lihat Tafsir Ruhul Ma’ani, Al-Alusy, 4 / 395).

Impian menakjubkan akan dinikmati manakala manusia lebih mengedepankan tujuan ke akhirat dan ridho Allah, serta memandang dunia sebagai bekal untuk kebahagiaan abadi. Terlalu tenggelam dalam kebahagiaan dunia akan merusak kehidupan masa depan di surga Allah.

Rasulullah SAW berpesan, “Demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kemelaratan atas kalian, namun aku khawatir apabila dunia dilimpahkan kepada kalian, seperti yang terjadi pada umat sebelum kalian, maka kalian akan berlomba untuk mendapatkannya, sebagaimana mereka berlomba-lomba dalam hal itu. Dan dunia itu akan merusak kalian sebagaimana merusak mereka.” (HR. Imam Bukhari, no. 2988 dan Muslim no. 2961)

Allah berfirman, “Sesungguhnya kehidupan akhirat itu lebih besar derajat dan keutamaannya.” (QS. Al-Isra’: 21 )

Dunia hanya ada dalam genggaman tangan, sementara akhirat tetap tersemat dan terpatri di hati seorang mukmin yang senantiasa merindukan perjumpaan dengan-Nya di surga.