WAKAF MANDIRI - “Robbana atiina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinna adza bannar.” (Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka)
Itulah sebuah doa, yang bahkan dikatakan sebagai Doa Sapu Jagad. Doa tersebut adalah harapan terbesar kita sebagai makhluk Allah yang yakin atas adanya kekuasaan Allah di dunia, adanya hari akhir dan balasan Allah atas segala perbuatan kita semasa hidup. Terbebas dari api neraka, dan dimasukkan ke dalam surga Allah SWT, adalah akhir penantian meraih kebahagiaan yang kekal.
Jika surga akhirat kelak sangat kita dambakan, ternyata “Surga Dunia” juga tentunya kita butuhkan. “Surga Dunia” yang dimaksud adalah kebahagiaan hidup tentunya. Bisa jadi berkat keluarga yang harmonis, anak-anak yang berbakti, kesehatan yang prima, kekayaan, karir yang cemerlang, bisnis yang sukses, ataupun kebermanfaatan terhadap sesama. Kalau saja salah satu atau beberapa dari hal ini terjadi sebaliknya, maka bisa jadi, kita akan merasa seperti di “Neraka Dunia”.
Ternyata, salah satu teladan Rasulullah SAW dalam menjemput “Surga Dunia” dan “Surga Akhirat” kelak adalah dengan menafkahkan harta kita di jalan Allah SWT, dan membantu sesama yang membutuhkan. Tidak lain adalah dengan bersedekah.
Wakaf ternyata adalah sedekah istimewa yang tidak hanya dalam konteks menolong sesama, tetapi juga membangun ekonomi umat, serta memberikan pahala tanpa batas kepada mereka yang melaksanakannya. Bahkan, derajat wakaf disejajarkan oleh Rasulullah dengan Ilmu yang bermanfaat, serta anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya.
“Ketika manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amal pahalanya, kecuali dari perkara: Sedekah jariyah (Wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim)
Bahkan, banyak ulama yang menegaskan, bahwa derajat kedermawanan seseorang, dilihat dari seberapa besar nilai wakaf yang dia laksanakan. Karena, jika zakat adalah wajib; sedekah sebagai sebuah kebutuhan melancarkan keberkahan hidup; maka wakaf mencerminkan kekuatan iman seseorang dalam mencintai Allah dan umatnya diatas kepentingan pribadinya. Mengingat, seorang yang berwakaf telah mengikhlaskan harta terbaik yang dicintainya berubah menjadi kepemilikan umat.
Allah SWT berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai… (QS. Ali Imran: 92)
Inilah sebuah simbol ajakan dalam meraih ridho Illahi dengan cara terus menggerakkan keikhlasan hati dalam mengeluarkan sebagian penghasilan dan kekayaan yang kita miliki. Untuk membantu sesama, membantu umat, dan menabung pahala yang kita butuhkan untuk bisa masuk surga.