...
Membalas Penghinaan Dengan Kebaikan

WAKAF MANDIRI - Ada saja orang yang, entah sengaja atau tidak, telah menyakiti hati orang lain. Orang dekat kita, misalkan, menebar fitnah articles bohong, sehingga banyak orang berprasangka buruk terhadap kita. Teman sekantor, misalkan, mengambil barang berharga di atas meja kantor. Atau menurunkan jabatan, padahal kita sudah melakukan pekerjaan dengan baik dan benar.

Lalu, bagaimana kita membalas perbuatan jahat itu? Apakah harus menyerang balik dengan kejahatan yang sama? Kejahatan dibalas dengan kejahatan, atau dalam bahasa Arab disebut as-syarru bi as-syarri. Untuk hal ini, biarlah Allah yang membalas. Lalu, apakah harus diam menghadapi orang yang sudah menyakiti hati kita?

Dalam hal ini, ada baiknya kita meneladani akhlak Rasulullah SAW. Kita ingat, ketika beliau mendakwahkan Islam kepada masyarakat Kota Thaif. Daerah itu terletak di sebelah tenggara Makkah. Jaraknya mencapai 86 kilometer. Saat Rasulullah dengan bijaksana menyampaikan ajaran Islam, masyarakat di sana malah menolak dakwah itu dengan kasar. Ada yang mencaci maki, bahkan melemparkan batu, sehingga Rasulullah terluka. Dalam peristirahatannya, Rasulullah didatangi sejumlah malaikat. Mereka menyampaikan siap membumihanguskan Kota Thaif beserta masyarakat di dalamnya.

Namun, apa kata Rasulullah? Dia menolak tawaran sang malaikat. Rasulullah justru mendoakan kebaikan untuk warga Thaif, “Ya Allah, berilah hidayah kepada mereka karena sesungguhnya mereka tak paham dengan ajaran Islam yang aku bawa ini.”

Dampak Rasulullah mendoakan kebaikan kepada mereka pun menghasilkan hal yang luar biasa. Masyarakat Thaif yang semula memusuhi Islam, berubah menjadi Muslim. Bahkan, mayoritas penduduk di sana adalah Muslim. Sahabat Rasulullah, Ibnu Abbas, dimakamkan di sana.

Seandainya Rasulullah ketika itu menyetujui tawaran malaikat untuk menghancurkan Thaif, apa yang terjadi? Bisa jadi Thaif menjadi kota terkutuk yang tak berpenghuni, seperti kota Nabi Shaleh atau Madain Shaleh. Akibatnya, Islam pun tak berkembang di sana.

Bagaimana kita harus memperlakukan orang yang menghina dan merendahkan kita. Orang yang melakukan perbuatan tercela itu, mungkin hatinya tertutup. Sehingga tak ada cahaya Allah yang meneranginya dan tak dapat berbuat kebaikan.

Bukanlah membalas penghinaan orang semacam itu dengan perbuatan tercela pula. Namun, balaslah dengan kebaikan. Balaslah dengan doa yang baik dan akhlak mulia, meskipun ada banyak hinaan dan caci maki yang terlontar. Maka, Allah akan bersimpati dan semua makhluk akan ikut bersimpati kepada kita, seperti yang dialami Rasulullah.