WAKAF MANDIRI – Awal mula ibadah kurban, berasal dari peristiwa sejarah penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim. Peristiwa ini akan selalu disebut-sebut setiap Hari Raya Idul Adha tiba. Hal ini untuk mengenang pengurbanan Nabi Ismail, oleh Nabi Ibrahim dalam rangka menunaikan perintah Allah SWT. Berkat ketulusan hati beliau, Allah menerima ibadah kurban mereka dan menggantikan tempat Nabi Ismail dengan seekor kibas.
Ibnu Katsir dalam kitabnya Qashash al-Anbiya menyebutkan, bahwa kisah penyembelihan Nabi Ismail dan asal-usul ibadah kurban, disebutkan dalam Al-Quran surah as-Saffat, ayat 99 hingga 111. Kelompok ayat ini berisi tentang penantian Nabi Ibrahim akan kehadiran seorang anak, perintah Allah untuk mengurbankan anak tersebut, hingga anugerahNya terhadap keduanya, karena ketaatan padaNya.
Diceritakan bahwa beliau dan istrinya senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberi keturunan guna melanjutkan misi dakwah di muka bumi. Allah SWT dalam firmanNya, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS As-Saffat: 100)
Menurut Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, tujuan Nabi Ibrahim ingin memiliki seorang buah hati adalah agar anaknya menjadi orang yang melanjutkan dakwah untuk mentauhidkan Allah SWT. Serta menggantikan kaum dan keluarganya yang ingkar kepadaNya.
Allah SWT kemudian menjawab doa-doa Nabi Ibrahim dan istrinya melalui firmanNya, “Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar.” (QS. As-Saffat: 101). Ayat ini merupakan konfirmasi bahwa beliau akan mendapatkan buah hati yang diidam-idamkan selama ini bersama istri tercinta.
Kemudian Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT melalui mimpi untuk menyembelih anaknya yang begitu ia cintai. Sulit bagi kita untuk menggambarkan bagaimana perasaan Nabi Ibrahim saat itu, namun yang pasti beliau tetap melaksanakannya, meskipun teramat berat.
Allah SWT berfirman, “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat ayat 102).
Pada mulanya, Nabi Ibrahim agak ragu terkait mimpinya tersebut. Muqatil bin Sulaiman menyebutkan (sebagaimana dikutip oleh Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi), Nabi Ibrahim baru yakin terhadap mimpinya setelah mimpi tersebut terulang selama tiga malam berturut-turut. Dengan kemantapan hati, ia kemudian melakukan perintah itu. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah dengan penuh keyakinan dan tawakal kepadaNya.
Namun ada hal menarik yang beliau lakukan, yakni memarticleshukan perintah tersebut terlebih dahulu kepada sang anak guna menenangkan hatinya. Beliau sama sekali tidak menggunakan jalan kekerasan dan pemaksaan, sekalipun apa yang akan dilakukannya adalah perintah Allah Yang Maha Mutlak.
Setelah mengetahui Nabi Ismail bersedia menunaikan perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim kemudian membawa anaknya tercinta untuk bersiap-siap. Allah SWT berfirman, “Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).” Pada saat itu keduanya telah siap dan tawakal menjalankan perintah Allah SWT.
Ketika penyembelihan Nabi Ismail hampir terlaksana, saat itulah ada sebuah panggilan yang datang dari Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam Al-Quran surah as-Saffat ayat 104-105. Yang bermakna, “Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." Nabi Ismail yang sudah siap disembelih digantikan dengan seekor kibas.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” Menurut Ibnu Abbas, kibas itu adalah kambing besar yang dipersembahkan oleh Habil untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang dipelihara di surga, sehingga dipakai menebus Ismail. Berkat ketabahan, keikhlasan, serta keyakinan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah SWT memberikan anugerah yang teramat besar bagi keduanya.
Peristiwa asal-usul ibadah kurban ini, kemudian diakhiri dengan penegasan bahwa Nabi Ibrahim benar-benar adalah hamba sekaligus utusan Allah SWT dan ia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Pada ayat-ayat tersebut, Allah seakan menyatakan bahwa penyembelihan Nabi Ismail pada hakikatnya adalah ujian yang ia berikan kepada Nabi Ibrahim. Jika ia lulus, maka akan kami beri anugerah.