WAKAF MANDIRI - Hal terberat bagi seorang guru atau ustadz bukanlah agar ilmu sampai dan dipahami oleh muridnya. Tetapi bagaimana menjadi teladan yang baik, sehingga memotivasi dan menginspirasi dalam semangat ilmu, amal, dan akhlak yang mulia. Demikian juga para orang tua pada anak-anaknya.
Nabi SAW menjadi teladan yang baik, bahkan memotivasi para sahabat yang menjadi murid-murid langsung beliau.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).
Para ulama dahulu sangat paham, bahwa murid mereka tidak hanya mengambil ilmu darinya, tetapi juga mencontoh penerapan ilmu mereka, berupa adab dan akhlak yang baik. Perhatikan kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang mempunyai banyak murid, akan tetapi mayoritas muridnya tidak mencatat ilmu. Namun ingin sekedar bertemu dan melihat Imam Ahmad yang merupakan sumber motivasi mereka dalam berilmu dan beramal.
Hal ini karena Imam Ahmad telah memberikan contoh yang baik berupa ilmu, amal, dan akhlak yang mulia. Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata, “Hadir di majelis Imam Ahmad ada sekitar limaribu orang atau lebih. Limaratus orang menulis (pelajaran), sedangkan sisanya hanya mengambil contoh keluhuran adab dan kepribadiannya.”
Demikian juga kisah yang dibawakan oleh ulama besar Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu, beliau memiliki ilmu yang banyak dan diakui. Beliau juga melihat langsung teladan ilmu, amal, dan akhlak mulia dari guru beliau, yaitu syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Ketika mereka merasakan sempit akibat ujian dunia, mereka segera mendatangi gurunya. Belumlah mereka mendengar wejangan dan nasihat dari gurunya, baru bertemu saja dengan gurunya, mereka sudah merasakan ketenangan dan hilanglah rasa sempitnya. Hal ini karena guru mereka benar-benar memberikan contoh teladan yang baik serta kesabaran yang luar biasa.
Ibnul Qayyim berkata, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah) jika ditimpa perasaan takut yang berlebihan, timbul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, maka kami mendatangi beliau, dengan hanya memandang beliau dan mendengarkan ucapan beliau, hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.”
Demikian juga kita sebagai orang tua, jika mendidik anak di rumah harus memberikan contoh teladan terlebih dahulu kepada anak-anak kita. Yakni,
1. Jika ingin anak kita shalih/shalihah, sebagai orangtua harus berusaha shalih dan shalihah
2. Jika ingin anak rajin shalat, sebagai orangtua harus rajin shalat di rumah untuk mencontohkan.
3. Jika ingin anak menghafalkan Al-Quran, kita pun berusaha menghafalkan Al-Quran di rumah walaupun sedikit.
Khususya bagi para suami dan para ayah, Andalah yang menjadi teladan utama bagi istri dan anak-anak Anda. Perhatikan perkataan ulama berikut, “Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku, dan hewan tungganganku.”
Tugas dari para ayah yaitu menjaga keluarganya dari api neraka. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim: 6).