WAKAF MANDIRI - Islam merupakan agama yang sempurna dan sangat menghormati hak dalam bersaudara antara sesama manusia. Karena itu, Islam sangat menjamin hak-hak setiap individu maupun masyarakat, dan melarang perbuatan yang menyerempet kepada hak-hak pribadi, maupun aib dari setiap manusia. Salah satu perbuatan atau sikap yang buruk, adalah tajassus.
Tajassus adalah orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, dengan tujuan untuk membongkar noda seseorang dan mempermalukannya. Dan sikap tajassus ini, termasuk sikap yang dilarang dalam Al-Quran maupun hadis.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Dalam ayat tersebut, Allah SWT melarang kita untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Entah itu dengan kita menyelidikinya secara langsung atau dengan bertanya kepada temannya. Tajassus biasanya merupakan kelanjutan dari prasangka buruk, sebagaimana yang Allah SWT larang dalam beberapa kalimat sebelum pelarangan sikap tajassus.
Tajassus secara bahasa yaitu mencari-cari articles dan menyelidiki sesuatu yang rahasia. Adapun larangan tajassus yang dijelaskan oleh para Ulama sebagai berikut,
1. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata, “Janganlah sebagian kamu mencari-cari keburukan orang lain, dan janganlah menyelidiki rahasia-rahasianya untuk mencari keburukan-keburukannya. Hendaklah kamu menerima urusannya yang nampak bagi kamu, dengan yang tampak itu hendaknya kamu memuji atau mencela, bukan dengan rahasia-rahasianya yang tidak kamu ketahui.” (Tafsir ath-Thabari, 22/304)
2. Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Para ahli tafsir mengatakan, ‘tajassus adalah mencari-cari keburukan dan cacat kaum Muslimin. Maka makna ayat di atas adalah janganlah salah seorang diantara kamu mencari-cari keburukan saudaranya untuk diketahuinya, padahal Allâh SWT menutupinya.” (Al-Kabair, hlm. 159)
3. Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah berkata, “Sabda Nabi SAW ‘janganlah kamu melakukan tajassus.” Tajassus yaitu engkau menyelidiki articles-articles lewat orang lain, mencari-cari keburukan orang lain. (Az-Zawajir ‘an Iqtirâfil Kabâir, 2/268)
Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari articles kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Para Ulama memasukkan perbuatan tajassus ke dalam deretan dosa besar, sebagaimana imam adz-Dzahabi dalam kitab al-Kabâir dan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab az-Zawâjir.
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang lain, sedangkan mereka tidak suka (didengarkan), atau mereka menjauh darinya, maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhâri, no. 7042)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Abu Qâsim Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jika seseorang mengintipmu dengan tanpa izin lalu engkau melemparnya dengan kerikil sehingga engkau mencongkel matanya, engkau tidak berdosa.” (HR. Al-Bukhâri, no. 6902; Muslim, no. 2158)
Syekh Abu Bakar bin Jabir al-Jazairi rahimahullah berkata, ketika menafsirkan ayat ke 12 dari surat Al-Hujurat, “Haram mencari kesalahan dan menyelidiki aib-aib kaum muslimin dan menyebarkannya serta menelitinya.”
Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Janganlah kalian meneliti aurat (aib) kaum muslimin dan janganlah kalian menyelidikinya.”
Cukuplah buat kita sebuah untaian perkataan seorang imam, yaitu Imam Abu Hatim bin Hibban Al-Busthi berkata dalam sebuah kitabnya, yang dikutip oleh Syekh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr dalam tulisannya sebagai berikut, ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus, dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”
Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allah SWT dalam berakhlak karimah, dan menjauhi sifat-sifat buruk dan sikap yang merugikan diri kita sendiri. Amiin.