WAKAF MANDIRI - “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” (QS. al-Alaq: 6)
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu dengan berlebihan. Bahkan, tak sedikit juga orang-orang justru berbangga diri dengan sikap berlebihan tersebut. Sungguh, Allah dengan tegas menyatakan bahwa Ia tak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Oleh sebab itu, tak ada alasan bagi kita untuk mempertahankan gaya hidup berlebihan, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A`raaf: 31)
Berikut ini beberapa sikap berlebihan yang harus kita hindari. Diantaranya,
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A`raaf: 31)
Kita diperbolehkan mengenakan pakaian yang bagus, bersih, menyenangkan dipandang mata. Tapi tidak diperkenankan berlebih-lebihan atas pakaian yang dipergunakan. Cukuplah disebut berlebih-lebihan jika kita berpakaian di luar kepantasan (memperlihatkan aurat), berpakaian yang terlampau mewah penuh dengan perhiasan.
“Tidak ada yang lebih jelek dari satu bejana yang diisi penuh oleh anak cucu Adam selain dari perut, cukuplah bagi anak cucu Adam makanan yang akan menegakkan sulbinya, kalau seandainya mau tidak mau memang harus diisi, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi)
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus : 12)
Bahkan kita tidak diperkenankan berlebihan atau melampaui batas dalam beribadah, apalagi sampai memberatkan diri sendiri dengan ibadah-ibadah tambahan yang sebenarnya tidak diwajibkan, namun kita sendiri yang mewajibkan diri kita.
“Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. (QS. al-Ma`idah: 77)
“Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka.” (HR. Abu Dawud).
Meski demikian, Allah tak pernah menutup pintu taubat untuk diri orang-orang yang melampaui batas. Bahkan Allah tetap menyuruh kita untuk tidak berputus asa dari rahmatNya. “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)