WAKAF MANDIRI - Apa yang terbersit di benak Anda, ketika seluruh tetangga satu komplek diundang ke sebuah pesta pernikahan salah seorang dari mereka, kecuali Anda? Anda bergumam dalam hati, tentang saudara Anda yang tidak mengundang Anda, “Dia sentiment, sombong, dan apa salah saya kepadanya?” Ini adalah prasangka buruk kepada saudara seiman!
Pernahkah kita mencoba berpikir lebih baik dengan melontarkan perkatan, “Ah, mungkin dia sangat sibuk, hingga saya lupa tak diundang.” Ini yang kadang kurang kita sadari, hingga tak jarang manusia seringkali memiliki persepsi negatif kepada saudaranya.
Bukankah akan lebih baik, ketika Anda mengalami sesuatu yang kurang menyenangkan, Anda segera mencari alasan atau udzur yang masuk akal, sehingga hati jadi tenang. Ini sesuatu yang tidak mudah, namun bagi orang yang terbiasa berfikir positif semua bisa diusahakan, biidznillah!
Dengan selalu bersu’uzhon (berburuk sangka) hati akan selalu gelisah. Sebaliknya, ketika Anda mengedepankan prasangka baik kepada saudara Anda, Insya Allah Anda akan merasa bahagia dan banyak bersyukur pada Allah SWT.
Islam melarang umatnya bersikap buruk sangka. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berburuk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari berburuk sangka itu dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Berburuk sangka terkadang dipicu oleh perasaan hasad atau iri dengki dengan kenikmatan Allah yang diberikan pada orang lain. Seperti mengatakan, “Dia bersedekah karena riya’ atau ingin dipuji.”
Orang-orang munafik dahulu, apabila orang mukmin memberikan sedekah dengan jumlah yang banyak mereka mengatakan, “Dia riya’!” Jika sedekahnya sedikit mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak butuh kepada sedekah yang seperti itu!”
Rahasia hati manusia tidak ada yang tahu secara pasti, selain Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati hambaNya.
Rasulullah SAW bersabda, “Hati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk) karena prasangka (buruk) adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Muslim)