...
Gunakan Harta Untuk Bekal Dunia dan Akhirat

WAKAF MANDIRI - Perhatikan perilaku orang yang membuang sampah sembarangan. Tempat yang tadinya bersih, diawali dengan satu orang membuang bungkus makanan kecil. Lalu ditiru dengan orang lain yang membuang botol bekas minuman, lalu bekas nasi bungkus, bungkus permen, bungkus rokok dan sebagainya. Berawal dari perilaku kecil yang dirasa tidak apa-apa, kemudian ditiru karena merasa orang lain pun melakukannya.

Nah, begitu pula dengan gaya hidup hedonis dan bermewah-mewahan. Dimulai dari keinginan saling mengungguli dalam hal kecil. Kemudian menanjak ke hal yang lebih besar. Dari perasaan tidak enak karena memamerkan kekayaan, menjadi perasaan tidak apa-apa karena semua orang pun melakukannya.

Menjadi umum, menjadi biasa. Jadi kebal terhadap rasa malu memamerkan kekayaan, malah berganti menjadi perasaan wajar-wajar saja. Makin keras bekerja, makin merasa berhak bermewah, makin merasa wajar untuk bergaya hidup hedonis.

Hal kekayaan dan harta, sering kita tempatkan di tempat yang berseberangan dengan hal keimanan. Urusan harta kita habiskan sebagai hanya urusan dunia, sementara urusan akhirat adalah yang berhubungan dengan shalat, puasa dan ibadah yang bersifat ritual.

Semakin kita jauhkan kedua hal tersebut, maka akan cenderung makin beranilah kita bersikap A terhadap keuangan kita, tapi bersikap B dalam hal keimanan. Tidak kita sambungkan kedua hal ini, lupa bahwa harta kekayaan adalah sejatinya milik Allah SWT. Yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan kita kepada Allah SWT.

Konsep Islam yang berkaitan dengan harta sangat jelas. Kepemilikan mutlak ada pada Allah SWT, manusia hanya dipercaya sebagai khalifah Allah di muka bumi untuk mengelola dan memanfaatkan harta kekayaan tersebut dalam koridor aturan Allah.

Karena itu, harta perlu dilihat dalam perspektif dunia dan akhirat sebagai karunia Allah kepada manusia, amanah yang harus dipertanggung jawabkan, sekaligus ujian bagi manusia. Dengan sadar bahwa kepemilikan mutlak harta ada pada Allah SWT, maka faktor keimanan akan berperan sangat besar dalam keputusan-keputusan yang berkaitan dengan harta tersebut. Dengan dijiwai faktor keimanan, maka kecenderungan untuk bermegah, bermewah dan bergaya hidup hedonis, akan cenderung dapat dihindari.

Dimulai dengan hal kecil, misalnya kesadaran untuk berbagi untuk orang-orang dalam lingkungan keluarga yang membutuhkan, meningkat dengan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan meluas hingga membagi keberkahan dalam lingkup yang lebih luas. 

Kita hindarkan diri dari kesia-siaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan harta, dan lebih berpikir untuk memanfaatkan harta dengan dimensi dunia dan akhirat yang beriringan dan tak terpisahkan.

Harta yang baik adalah harta yang berada di tangan orang yang saleh dan beriman.  Harta yang dimanfaatkan dan dikelola di dunia dan menjadi kendaraan menuju akhirat.