...
Berbagi Cahaya Kebaikan Dengan Wakaf Mandiri

Wakaf Al-Quran telah menjadi salah satu bentuk ibadah yang mulia, menghubungkan manusia dengan Allah sekaligus memberikan manfaat jangka panjang bagi umat. Dalam sejarah, ada beberapa kisah wakaf Al-Quran yang luar biasa, yang tidak hanya memperkuat peran sosial Islam, tetapi juga menyebarkan cahaya pengetahuan ke berbagai penjuru dunia.

Salah satu kisah paling terkenal terkait wakaf Al-Quran datang dari masa Khalifah Utsman bin Affan. Setelah Islam berkembang ke berbagai wilayah, muncul perbedaan cara pembacaan dan penulisan Al-Quran. Melihat situasi ini, Utsman mengambil langkah besar dengan mengumpulkan dan menyeragamkan mushaf Al-Quran, yang kemudian disebarkan ke berbagai wilayah kekhalifahan. Upaya ini bukan hanya bentuk wakaf fisik mushaf, tetapi juga menyelamatkan kemurnian Al-Quran agar tetap satu. Mushaf Utsmani ini menjadi standar yang kita kenal hingga hari ini.

Di Indonesia, wakaf Al-Quran sudah dilakukan sejak lama. Salah satu kisah yang paling menyentuh adalah wakaf Al-Quran di pondok-pondok pesantren. Banyak dermawan yang mewakafkan Al-Quran untuk santri di pesantren-pesantren agar mereka bisa menghafal dan mempelajari Al-Quran secara gratis. Salah satu kisah paling mengharukan adalah dari seorang pedagang sederhana di Solo yang secara rutin membeli dan mewakafkan Al-Quran ke pesantren-pesantren sekitar. Meski hidup sederhana, ia meyakini bahwa wakaf ini akan terus memberikan pahala meski setelah ia meninggal.

Selain itu Wakaf Al-Quran menjadi salah satu program sosial unggulan dari Wakaf Mandiri. Melalui program ini, Wakaf Mandiri berupaya mendistribusikan mushaf Al-Quran ke berbagai daerah, terutama di kawasan yang minim akses terhadap Al-Quran.