WAKAF MANDIRI - Untuk membeli rumah di dunia saja, banyak orang yang telah merencanakannya dengan sungguh-sungguh. Mulai dari menabung untuk pembayaran DP, menghitung pelunasan cicilannya, dan lainnya.
Lalu, adakah rencana kita untuk membangun rumah di akhirat kelak? Apakah amalan yang telah kita lakukan sudah cukup untuk ‘DP’ dan ‘cicilannya’? Untuk itu, kita bisa mulai dengan merencanakan wakaf, salah satunya wakaf masjid.
“Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, niscaya kelak di surga Allah akan membangunkan rumah untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, tentu saja tidak hanya wakaf masjid saja yang bisa kita lakukan. Karena setiap bentuk wakaf merupakan amal jariyah yang pahalanya terus-menerus akan kita peroleh selama masih dimanfaatkan.
“Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, salah satunya yaitu sedekah jariyah…” (HR. Muslim)
Berikut ini beberapa cara untuk membangun rumah di surga. Yakni,
1. Menentukan waktu.
Sama seperti pembelian rumah yang perlu menentukan waktu pelunasan, ambil tempo 10 tahun, 15 tahun, atau 20 tahun. Demikian juga dengan wakaf, kita memerlukan target waktu. Kapan ingin melakukan wakaf? Juga spesifikasi lainnya, seperti berwakaf dalam bentuk apa? Ingin mempercayakan pengelolaannya pada siapa?
Jangan sekadar menjadikan wakaf sebagai angan-angan kosong belaka! Tanpa target waktu, bisa dipastikan tiap kali ada rezeki lebih, kita tetap tak ingat mengalokasikannya untuk dana wakaf.
Maka ingat selalu, bahwa di akhirat kelak kita pun memerlukan rumah. Berwakaf adalah salah satu jawaban untuk memiliki rumah akhirat! Jadi, kapan kita berencana untuk memilikinya?
2. Menghitung jumlah ‘Cicilan’.
Jika untuk memiliki rumah di dunia saja kita perlu mengetahui perhitungan matangnya, berapa yang harus disisihkan setiap bulannya untuk mencicil. Apalagi untuk rumah di akhirat kelak.
Sudahkah kita memiliki anggaran untuk bersedekah (berwakaf), lebih spesifik lagi anggaran untuk mencicil dana wakaf setiap bulannya?
“Orang yang paling bijak adalah orang yang selalu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian…” (HR. Tirmizi)
3. Minimal bersedekah dengan akhlak yang mulia.
Jangan pernah berkecil hati, jika tak memiliki secuil harta pun untuk disedekahkan. Apalagi barang berharga untuk diwakafkan. Karena kita tetap dapat memiliki jaminan rumah di akhirat kelak, selama menjaga kebagusan akhlak.
Sebagaimana hadits Rasulullah, “Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no. 4800).
4. Jangan pernah merasa cukup.
Yang terpenting dalam merencanakan rumah di surga sesuai janjiNya, adalah jangan pernah merasa cukup! Sebagaimana manusia pada umumnya yang selalu merasa tak cukup dengan harta duniawi. Demikian pula seharusnya, kita tak boleh merasa cukup dalam bersedekah dan dalam mewakafkan harta berharga kita untuk kepentingan akhirat kelak.
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima tobat bagi siapa saja yang bertobat.” (HR. Bukhari no. 6438).