WAKAF MANDIRI - Zaman ini, ketika sudah banyak fitnah melanda negeri. Kebodohan tentang agama dimana-mana. Bahkan di luar sana masih banyak yang belum paham tentang tata cara ibadah yang sesuai Nabi SAW.
Banyak orang yang tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika tertimpa musibah, dan ketika diberi nikmat. Banyak orang tidak tahu, untuk siapa sebenarnya rasa takut, harap, dan cinta yang sebenarnya itu diperuntukkan. Maka itulah pentingnya ilmu agama.
Disisi lain, munculnya fitnah merupakan kehendak kauniyah dari Allah SWT, yang dibaliknya terdapat hikmah-hikmah yang agung. Di antaranya, Allah ingin menguji sebagian manusia dengan sebagian lainnya agar diketahui orang yang beriman dari orang yang binasa. Karena dengan ujianlah seorang hamba dapat menjadikan sabar, ridho dan syukur sebagai penghambaan dengan kedudukan yang paling tinggi kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Kalaulah Rabb-mu menghendaki, Ia akan menjadikan manusia satu umat, namun mereka akan senantiasa berselisih. Kecuali orang yang dirahmati oleh Rabb-mu, untuk itulah Allah menciptakan mereka, dan telah sempurna kalimat Rabb-mu bahwa sesungguhnya Aku benar-benar akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia semuanya.” (QS. Huud: 118 – 119)
Dan diantara sebab-sebab munculnya fitnah, adalah tersebarnya kebodohan dalam agama. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan diwafatkannya para ulama, sehingga apabila ulama tidak tersisa lagi, orang-orang akan mengambil pemimpin-pemimpin (agama) yang bodoh, mereka ditanyai lalu berfatwa dengan tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika ilmu itu dicabut, maka tidak ada tempat untuk orang yang ingin menanyakan sesuatu dalam masalah agamanya, kecuali kepada orang-orang yang bodoh. Mereka yang tidak mempunyai ilmu, dan tidak bisa berfatwa kecuali berasal dari hawa nafsu dan akal mereka saja, dan ketahuilah akal dan hawa nafsu manusia itu lebih condong kepada keburukan.
Dan karena kebodohan pulalah terjadinya kesombongan dan kedurhakaan terbesar seorang hamba terhadap Rabb-nya terjadi. Sebagaimana iblis yang tidak mau sujud kepada Nabi Adam dikarenakan kesombongannya yang diakibatkan oleh kebodohannya.
Allah SWT berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) pada waktu Aku memerintahkanmu?’ Iblis menjawab, ‘Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api sedang ia Engkau ciptakan dari tanah.’” (QS. Al-A’raf: 12)
Iblis melihat dirinya lebih mulia daripada Adam, sehingga ia menolak bersujud kepadanya. Padahal ada perintah langsung dari Allah SWT kepadanya dan kepada seluruh Malaikat. Iblis tidak tahu, bahwa tanah lebih baik dari api dalam semua hal. Diantaranya adalah api membakar, sedangkan tanah membangun, sifat api panas sedangkan sifat tanah dingin. Hingga akhirnya, dengan kebodohan itu seseorang menjadi durhaka dan enggan menjalankan perintah Allah.
Kebodohan tidaklah menghasilkan sesuatu selain keburukan, dan ilmu adalah sesuatu yang dapat menghilangkan itu semua. Allah menjanjikan kepada hamba-Nya yang berilmu untuk ditinggikan derajatnya dibanding dengan orang yang tidak berilmu.
Allah SWT berfirman, “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadillah: 11)
Sebagaimana Nabi Adam ‘alaihissalam, diangkat menjadi khalifah di muka bumi, dikarenakan dia mempunyai ilmu yang tidak dimiliki oleh golongan malaikat dan jin.
Allah SWT berfirman, “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.’ Mereka menjawab, ’Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’”. (QS. Al Baqarah: 31-32)
Dan dengan ilmu, Allah mengangkat derajat para Nabi. Nabi Sulaiman dengan ilmu bahasa hewannya. Nabi Yusuf dengan ilmu takwil mimpi yang Allah anugrahkan kepadanya, maka ia pun diangkat menjadi pejabat kerajaan. Dan kisah perjuangan Nabi Musa dalam mencari ilmu kepada Khidr, Nabi Dawud, Nabi Isa ‘alayhumussalam dan Nabi Muhammad SAW, diberikan mukjizat berupa kitab-kitab suci yang tak lain isinya adalah ilmu.