...
Terapi Hati

WAKAF MANDIRI - Bersihnya hati, akan menenangkan seluruh jiwa. Misalnya, ketika kita terkena duri di jalan, tapi hati kita menyadari bahwa semua itu terjadi karena kehendakNya, dan kita bersyukur dengan keadaan tersebut. Maka Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa kita, insyaa Allah. Tapi berbeda keadaannya jika kita menerimanya dengan hati yang keruh, maka yang ada hanyalah kekesalan dan penderitaan.

Bagaimana cara kita mengetahui kondisi hati kita? Mari kita mencoba jujur pada diri sendiri, apakah diri kita berat meninggalkan kemaksiatan? Atau gemar bermaksiat tatkala bersendirian? Apakah kita merasa sulit memahami ilmu syar’i? Apakah kita menunda-nunda dalam mengerjakan hal-hal wajib? Apakah tangan kita kaku untuk meraih uang di saku untuk diinfakkan? Apakah badan kita lemah untuk mengerjakan yang sunnah?

Jika semua jawabannya adalah ‘iya’, maka mari perbanyak istighfar kepada Allah, karena sesungguhnya kita perlu menerapi hati kita. Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda (artinya), “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga membutakan mata hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka (QS. Al Muthoffifin: 14]’.” (HR. Tirmidzi).

Berikut ini beberapa terapi untuk penyakit hati yang mungkin sedang kita alami sekarang. Yakni,

1. Memperbanyak istighfar kepada Allah.

Karena kemaksiatan akan menimbulkan noda hitam di hati, yang lama kelamaan menutupi hati.

2. Memperbanyak berdoa kepada Allah.

Agar hati kita ditetapkan di atas keimanan dan ditolong dalam melakukan ibadah. Adalah, “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepadaMu!” (HR. At Tirmidzi no. 3334)

“Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah dengan baik kepada-Mu. ”[HR. Ahmad, An-Nasai).

3. Memperbanyak membaca Al-Quran dan mentadabburinya.

Serta berusaha mengamalkan ilmu yang telah diperoleh.

4. Mencari tahu fadhilah-fadhilah dalam melakukan suatu ibadah.

Maka insyaa Allah dengan mengetahui fadhilah suatu amalan kita akan lebih termotivasi untuk mengerjakannya.

5. Memaksa diri untuk menghadiri majelis ilmu.

Karena di majelis ilmu hati akan tenang, dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi termasuk ikan-ikan dilaut pun akan memohonkan ampun untuk kita.

6. Mencari teman yang salehah agar dapat saling menasihati dan menyemangati dalam beribadah.

Jika sakit badan, kita butuh dokter untuk kesembuhan penyakit kita. Sedangkan untuk kesembuhan penyakit hati kita, maka Rasulullah SAW adalah dokter bagi hati kita.

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang bersih, menjadikan kita istiqomah dalam melakukan ibadah-ibadah wajib, memudahkan kita dalam melakukan ibadah sunnah, dan memudahkan kita dalam berbagai kebaikan lainnya. Mari kita melatih diri untuk menjadi pribadi yang rajin mengontrol keadaan hati kita.