...
Tawakal dalam Setiap Keadaan

WAKAF MANDIRI - Tawakal adalah amalan yang harus senantiasa membersamai setiap aktifitas kita. Dalam banyak ayat, Allah SWT menjelaskan bahwasanya seorang mukmin harus bertawakal dalam berbagai kondisi. Berikut ini beberapa keadaan yang menuntut adanya tawakal dalam melakukannya. Yakni,

1. Perintah tawakal ketika beribadah.

Allah SWT berfirman, “Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya” (QS. Hud: 123).

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada rasul-Nya dan orang-orang yang beriman untuk beribadah dan sekaligus memerintahkan mereka untuk bertawakal.

Allah SWT berfirman, “Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara” (QS. Al-Ahzab: 2-3).

Setelah Allah SWT memerintahkan untuk beribadah dan mengikuti wahyu yang Allah turunkan, Allah SWT memerintahkan pula untuk bertawakal kepadaNya. Ini merupakan perintah untuk nabi dan seluruh umat setelahnya sampai hari kiamat. Perintah untuk nabi berlaku juga untuk seluruh umatnya, selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya.

2. Perintah tawakal saat berdakwah.

Allah SWT berfirman, “Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku. tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung'” (QS. At-Taubah: 129).

Nabi Nuh ‘Alaihis salam bertawakal kepada Allah, ketika mengemban amanah dakwah. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya, “Dan bacakanlah kepada mereka articles penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, ‘Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal. Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku'”  (QS. Yunus: 71).

Setelah berdakwah selama bertahun-tahun kepada kaumnya dan didustakan oleh kaumnya, beliau senantiasa bertawakal kepada Allah dan menyerahkan urusannnya kepada Allah SWT. Dengan demikian, beliau pun bisa melaluinya dan mendapat pertolongan dari Allah. Maka, wajib bagi setiap dai yang menyerukan Islam untuk terus bersabar dalam dakwah dan senantiasa bertawakal kepada Allah SWT dalam menempuh jalan dakwahnya.

3. Tawakal ketika memutuskan hukum.

Allah SWT berfirman, “Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali” (QS. Asy-Syura: 10).

Dalam ayat ini, terdapat isyarat bahwasanya setiap qadhi atau hakim selama berada di atas kebenaran, hendaknya dia harus tetap bertawakal kepada Allah SWT. Agar senantiasa diberi pertolongan untuk memutuskan perkara dengan baik dan benar.

4. Tawakal di medan jihad.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. Ali Imran: 121-122).

Allah SWT memerintahkan untuk bertawakal kepadaNya. Sesungguhnya ketika mereka sedang melawan musuh dan berperang, maka sesungguhnya Dialah Allah yang menolong dan membantu mengalahkan para musuh. Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya, “Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal” (QS. Ali-Imran: 160).

5. Perintah bertawakal saat bermusyawarah.

Allah SWT berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS. Ali-Imran: 159).

Ayat ini memberikan isyarat bahwasanya musyawarah merupakan salah satu langkah mengambil sebab untuk tercapainya sesuatu. Adapun sebab yang nyata adalah tawakalnya hati kepada Allah yang menjadi alasan terwujudnya hal yang diinginkan dalam suatu perkara. Lihatlah orang yang tampaknya hebat dan berada pada posisi unggul, dia bisa satu suara bersama ratusan pendukung dan para ahli bersamanya. Akan tetapi, bisa jadi pendapat mereka ternyata keliru. Oleh karena itu, sudah seharusnya bertawakal kepada Allah saat melakukan musyawarah dan memutuskan suatu perkara.

6. Bertawakal kepada Allah ketika mencari rezeki.

Allah SWT berfirman, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

7. Bertawakal ketika mengadakan perjanjian.

Allah SWT menyebutkan tentang Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam yang bertawakal kepada Allah ketika memerintahkan anaknya, “Ya’qub berkata, ‘Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh.’ Tatkala mereka memberikan janji mereka, maka Ya’qub berkata, ‘Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini)'” (QS. Yusuf: 66).

8. Bertawakal ketika hijrah di jalan Allah SWT.

Hijrah merupakan momentum penting dan krusial dalam perjalanan seorang hamba. Allah menyifati hamba-Nya dengan orang yang bertawakal saat mereka berhijrah meninggalkan negerinya, kerabatnya, dan hartanya. Tentu mereka bersedih dan harus berkorban berpisah dari kerabatnya dan kenangan indah yang ada di sana. Akan tetapi, dengan bertawakal kepada Allah, hal itu menjadi ringan bagi mereka.

Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal” (QS. An-Nahl: 41-42).

9. Tawakal dalam urusan akhirat.

Allah SWTberfirman, “Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia. Dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman. Dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal” (QS. Asy-Syura: 36).

Adakah kedudukan yang lebih mulia daripada menggapai kebahagiaan akhirat? Akhirat adalah puncak tujuan. Ia merupakan keinginan dan harapan setiap mukmin. Sehingga sudah selayakanya bagi orang yang beriman agar bersungguh-sungguh dalam bertawakal untuk menggapainya.