WAKAF MANDIRI - Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut kepada Rabb mereka. Dan orang-orang yang beriman kepada Rab mereka. Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Rabb mereka (sesuatu pun). Dan orang-orang yang telah memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk berbuat kebaikan, dan merekalah orang-orang yang pertama memperolehnya.” (QS. Al Mukminun:57-61)
Imam Tirmidzi meriwayatkan, Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini, apakah yang dimaksud di sini orang-orang yang meminum arak, berzina dan mencuri?” Rasulullah SAW menjawab, “Bukan begitu, wahai putri As-Shiddiq, tetapi mereka orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah. Mereka takut jika amalannya tidak diterima. Merekalah yang bersegera dalam kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi).
Dari Abu Dzar berkata, “Rasullulah membaca (hal ataa ‘alaa al-insaani hiinun mina addahri…Qs.Al Insaan) sampai selesai . Kemudian bersabda, “Sungguh aku melihat apa yang tidak kalian lihat, mendengar apa yang tidak kalian dengar. Langit ini bergemuruh, dan memang pantas bergemuruh. Setiap tempat seluas empat jari, pasti ada malaikat yang meletakkan keningnya, bersujud kepada Allah. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, pastilah kalian sedikit tertawa, banyak menangis, tidak akan bersenang-senang dengan istri di tempat tidur, dan kalian pasti akan turun ke jalan-jalan bermohon kepada Allah, (Aku katakan) Duhai sekiranya aku adalah sebatang pohon yang ditebas saja.” (HR. At-Tirmidzi).
Aisyah meriwayatkan, “Rasulullah SAW, jika cuaca berubah dan angin bertiup kencang, beliau mondar-mandir, keluar masuk kamar. Yang demikian itu karena beliau takut pada adzab Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Abdullah bin as-Syihkhiir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jika memulai shalat, terdengarlah dari dada beliau gemuruh seperti suara air yang mendidih dalam bejana. Siapapun yang mencermati kehidupan para sahabat dan para salafush shalih, pasti akan mendapati mereka berada pada puncak Khauf. Adapun kita semuanya benar-benar lalai, alpa, dan merasa aman dari adzab.
Jika beliau berdiri shalat, tak ubahnya seperti sebatang kayu yang tidak bergerak, karena takut pada Allah.
Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam, lantaran banyak menangis. Kepadanya, Abdullah bin Abbas pernah berkata, “Nabi SAW telah meramalkan berbagai kota dan membukakan berbagai negeri dengan tanganmu.” Mendengar itu Umar berkata, “Aku ingin kalau bisa meninggalkan dunia ini tanpa pahala dan tanpa dosa.”
Adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, bila berdiri di depan kuburan menangis sampai jenggotnya basah, seraya bekata, “Seandainya aku ada di antara surga dan neraka padahal aku tidak tahu ke mana aku akan dimasukkan. Sungguh aku akan lebih memilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana aku akan dimasukkan.”
Suatu pagi, seusai melaksakan shalat subuh dengan bermuram durja dan membolak-balikkan tangannya, Ali bin AbuThalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh aku pernah melihat para sahabat Nabi. Pada hari ini aku tidak melihat sesuatu pun yang menyerupai mereka. Di pagi hari mereka nampak kusut, pucat, dan berdebu. Di antara dua mata seperti ada lutut kambing. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud dan berdiri membaca ayat-ayat Allah.
Gerakan mereka hanyalah antara kening dan kaki. Bila pagi tiba, merekapun berdzikir kepada Allah, bergemuruh seperti pepohonan tertiup angin yang kencang. Mata mereka bercucuran air mata sampai-sampai pakaian mereka basah karenanya. Demi Allah, hari-hari ini sepertinya aku menghabiskan malam bersama kaum ini dalam keadaan lalai.”