WAKAF MANDIRI - Dari Al-Quran dan hadist, ada tiga kriteria orang yang disebut cerdas. Yakni:
1.Orang cerdas oleh Rasulullah SAW dijelaskan dari sisi orientasi hidupnya, “Orang cerdas ialah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.”
Hal yang perlu digarisbawahi dalam hadist ini adalah, pengertian orang yang cerdas bukanlah yang mampu menghafal dengan cepat seperti mesin. Bukanlah ia yang senantiasa memiliki inisiatif dan penemuan baru, seperti Einstein.
Namun, kata Rasulullah, lebih dari itu. Orang yang cerdas adalah dia yang mempersiapkan dirinya untuk kehidupan setelah kematian. Ia berpikir jauh ke masa depan yang sejati. Kecerdasannya tidak untuk mengejar kebahagiaan di dunia ini, namun, demi kebahagiaan nan kekal yang tak tersentuh kematian dan kefanaan, yaitu akhirat.
2. Orang cerdas, paham betul bahwa didunia ini hanya sementara. Karena itu, ia mengambil dari dunia seperlunya untuk bekal akhirat. Harta yang dimiliki tidak digenggam kuat, hingga menjadi pelit. Namun, sebagian besar ia gunakan untuk membantu kerabat dan sahabat.
Orang cerdas, meyakini bahwa yang kekal adalah apa yang ada di sisi Allah SWT, “Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-Qashash: 60).
3. Beramal dengan cerdas. Ada banyak amal shalih yang diperintahkan, mungkin seumur hidup, kita tidak mampu melaksanakan semuanya. Karena itu, prioritas harus dibuat. Dipilah dan dipilih mana yang diutamakan.
Bagi orang yang cerdas, jika disuruh memilih antara amal yang pahalanya diberikan sekali, dengan amal yang pahalanya terus mengalir. Tentu ia memilih yang terus menerus mengalir.
Bila diminta memilih amal yang berdampak tunggal, yakni pahala saja, dibanding yang berdampak ganda, yaitu berpahala dan membahagiakan orang lain, orang cerdas akan memilih amal yang berdampak ganda, yakni berpahala plus membahagiakan orang lain. Amal seperti ini tidak banyak. Dan dari yang tidak banyak itu, salah satunya adalah wakaf.
Wakaf pahalanya abadi dan pasti membahagiakan orang lain. Sekali kita wakaf, maka barang yang diwakafkan secara prinsip harus tetap ada, dan selama dimanfaatkan. Maka pahalanya akan terus mengalir kepada wâqif, orang yang wakaf.
Inilah passive income yang sebenar-benarnya. Tidak bekerja, tapi bergaji. Tidak beramal, tapi terus dikirimi pahala. Kita diam, pahala tetap didapat. Kita telah mati, pahala pun tetap mengalir. Betapa hebatnya wakaf.
Inilah tiga kriteria orang yang cerdas. Contoh paling nyata dari kriteria ini adalah para sahabat Nabi SAW. Mereka adalah manusia-manusia yang beramal untuk akhirat, senang berbagi. Dan yang terpenting, pandai memilih amal yang abadi pahalanya, yaitu wakaf.