...
Menumbuhkan Sikap Berbagi Sejak Dini

WAKAF MANDIRI - Seberapa sering kita mengajari anak berbagi? Atau justru kita malah menyarankan untuk menyembunyikan sesuatu yang mereka miliki agar tidak diambil orang lain. Contohnya, “Hayo, mainan kamu nanti diambil pemulung loh, cepat simpan!”

“Ayo makan, cepat buka mulutnya, nanti keburu diminta si Ali!”

Mungkin kita mengucap kata-kata tersebut tanpa menyadari makna di baliknya. Namun, efek yang didapatkan oleh anak sungguh dahsyat. Yakni, jangan berbagi apa yang kamu miliki pada orang lain! Atau: Hati-hati ada orang lain yang ingin mengambil milikmu!

Maka sebagai orang tua, kita perlu menghindari kata-kata yang justru membuat anak enggan berbagi dengan orang lain. Karena sungguh percuma menghujani anak dengan berbagai barang pemberian sebagai tanda sayang, jika kita tak menularkan sifat kedermawanan pada mereka.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At Tahrim: 6).

Cara menumbuhkan sikap berbagi. Yakni,

1. Tanamkan pada anak, bahwa ia adalah seorang anak yang dermawan. Dan itu sifat yang bagus!

“Kamu mah pelit! Dasar anak pelit!” Banyak orang tua yang mengucapkan kata-kata sejenis ini di hadapan anaknya sendiri. Sehingga sang anak pun mencap dirinya sendiri sebagai anak pelit yang memang tak suka berbagi.

Coba katakan pada anak, “Alhamdulillah kamu anak dermawan, suka berbagi dengan orang lain!”

Orang tua perlu mengetahui, bahwa kata-kata adalah sesuatu yang dapat membentuk pemikiran, dan itu adalah hal yang terpenting. Karena dari pikiran akan melahirkan perbuatan, dan dari perbuatan akan melahirkan kebiasaan. Biasakanlah meyakinkan anak dengan mengucapkan kata-kata baik pada dirinya. Salah satunya adalah menyandingkan anak dengan sifat dermawan.

2. Mengajarkan anak untuk mendahulukan orang lain.

Bukan hanya masalah uang, sifat mau berbagi juga mencakup kesenangan dalam berbagi hal apapun. Seperti tempat duduk, makanan, mainan, dan lainnya. Misalnya saat sedang bersama anak naik transportasi umum. Ajarkan anak untuk mau mendahulukan orang lain yang lebih tua untuk naik terlebih dahulu, atau mendahulukan adik yang lebih kecil untuk mendapat tempat duduk. Yang paling pasti, anak meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka agar anak bersedia mendahulukan orang lain, kita sebagai orang tua perlu memberikan contoh baik pada mereka.

3. Menceritakan kisah Rasulullah dan para sahabat yang saling berlomba-lomba dalam berbagi dan bersedekah.

Orang tua perlu menceritakan pada anak mengenai kisah Rasul dan para sahabat yang sangat luar biasa dalam berbagi dan menyedekahkan harta mereka. Ada Abu Bakar yang memberikan 100% hartanya untuk umat, ada Umar bin Khatthab yang memberikan separuh harta miliknya, dan harta yang disedekahkan kedua sahabat itu bernilai Trilyunan Rupiah, jika dikonversikan ke mata uang saat ini.

4. articleshukan manfaat berbagi.

Biarkan anak mengetahui bahwa manfaat berbagi bukan hanya untuk orang lain. Tapi justru manfaat yang terbesar adalah untuk kita sendiri. Misalnya, berbagi bisa membuat tubuh sehat, menjauhkan dari berbagai penyakit, membuat Allah dan manusia lain mencintai kita, juga membuat Allah melipatgandakan nikmatNya karena kita bersedia membantu sesama hambaNya.

“Siapakah yang (mau) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berlipat-lipat banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.” (QS. Al Baqarah: 245)

5. Mengajak anak berbagi ke panti asuhan atau tempat anak yatim dan dhuafa.

Ajarkan anak untuk berempati pada anak yatim dan dhuafa. Dengan demikian, anak akan lebih menghargai apa yang mereka miliki. Misalnya dengan memintanya mengumpulkan baju, bacaan, serta mainan yang sudah tak terpakai untuk didonasikan kepada anak-anak lain yang tinggal di panti asuhan atau rumah kumuh.

6. Melatih berpuasa, agar anak dapat menahan diri dari hawa nafsu.

Biarkan anak merasakan apa yang disebut lapar. Dan katakan padanya, bahwa banyak orang di dunia ini yang tak seberuntung dirinya yang selalu memiliki nasi dan lauk pauk untuk dimakan. Banyak orang yang selalu merasa kelaparan karena memang tak memiliki apapun untuk dimakan. Berpuasa akan membuat anak tahu bagaimana rasanya lapar, dan hal ini akan memberinya sensasi untuk selalu mengingat anak yatim dan dhuafa.

7. Memberikan wakaf atas nama anak.

Misalnya wakaf masjid, dan membiarkan anak memiliki sertifikat wakafnya serta sering mengunjungi masjid tersebut dan beraktivitas di dalamnya. Anak akan turut merasa bangga dan ingin terus melakukan kebaikan, jika mengetahui bahwa orang tuanya telah menyumbang sejumlah uang untuk diwakafkan atas nama sang anak. Hal ini juga melatih anak untuk menabung harta tidak hanya untuk masa depan dunianya, melainkan juga masa depan akhiratnya!

Jelaskan pada anak keutamaan wakaf melebihi sedekah pada umumnya. Karena wakaf dapat mengalirkan pahala yang tak henti-hentinya, bahkan sampai kita meninggal dunia sekalipun.