WAKAF MANDIRI - Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah SWT. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh. Sedangkan orang yang kufur nikmat senantiasa lupa akan hal ini.
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata, “Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu.’” (HR. Muslim no.73).
Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan yang kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang. “Saya sedang sakit ini.” “Saya baru dapat musibah itu..” “Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll. Namun sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan.
Allah SWT berfirman, “Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya.” (QS. Adh-Dhuha: 11).
Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang ia miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah. Namun di sisi lain melalaikan perintah Allah dan melanggar laranganNya. Ia enggan shalat, enggan belajar agama, enggan berzakat, memakan riba, dan lain-lain. Jauh antara pengakuan dan kenyataan.
Allah SWT berfirman, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuriNya.” (QS. Ali Imran: 123).