WAKAF MANDIRI - Ikhlas dalam melakukan ibadah sesuai mengikuti tuntunan Rasulullah SAW, merupakan syarat diterimanya amal seorang hamba. Perkara ikhlas merupakan amalan hati yang sangat berat, kecuali kepada orang yang diberi taufik oleh Allah SWT. Mendidik karakter ikhlas kepada anak juga butuh kesungguhan, latihan, dan difahamkan terus-menerus, agar anak ikhlas dalam menuntut ilmu dan juga ikhlas dalam beribadah.
Realitanya, anak-anak belum memahami hakikat ikhlas. Mereka belajar bisa jadi karena diperintahkan orang tua, pengaruh teman, atau sekolah dan belajar agama, karena memang di lingkungannya hal ini menjadi kebiasaan dan tradisi.
Orang tua dan pendidik, hendaknya terus memotivasinya agar niatnya ikhlas untuk mencari ridha dan pahala dari Allah SWT. Terus menerus tanpa bosan memberi semangat dan secara bertahap diberi pengertian, bahwa semua amalan harus lurus niatnya untuk mencari keridhaanNya.
Kisahkan pula hadits Rasulullah SAW tentang ancaman berat ketika tujuannya belajar ilmu syar’i tidak ikhlas. Tentu dengan bahasa dan penjelasan yang mudah dipahami anak, dengan ungkapan santun lagi lembut. Sehingga anak mudah memahaminya dengan izin Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “…Dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al-Quran, lalu ia didatangkan dan Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya (kepadanya) dan dia pun mengenalnya. Allah berfirman, “Apa yang kamu lakukan padanya?” ia berkata, “saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran demi Engkau”. Allah berfirman, “kamu berdusta, akan tetapi engkau belajar ilmu supaya dikatakan alim, dan engkau membaca Al Quran supaya dikatakan qari dan itu telah dikatakan”. Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan kedalam api neraka…” (HR. Muslim, Ahmad, at-Timidzi).
Menanamkan karakter ikhlas butuh kesabaran, dimana jiwa anak terkadang mudah terpengaruh hal-hal yang bisa merusak niat lurusnya. Pujian yang berlebihan terkadang membuat anak sombong dan merasa bangga dengan kemampuannya. Padahal prestasi dan kesuksesan, tidak lain karena pertolongan Allah SWT. Disini peran penting orang tua dan pendidik agar fitrah dan fikrah (pemikiran) anak lurus dan tidak tertipu oleh kelebihan yang dimilikinya.
Perkara mengikhlaskan ilmu dan amal hanya untuk Allah, harus selalu dikokohkan seiring dengan bertambahnya kematangan psikologis serta spiritual anak. Dan perkara yang harus dinasehatkan ke anak, agar mampu ikhlas adalah adanya penanaman aqidah yang shahihah. Dengan pemantapan tauhid, insyaallah cahaya ikhlas akan merasuk di hati anak seiring dengan intensifnya ia belajar ilmu agama dan kuatnya amal saleh yang dilakukannya.
Semua perlu proses, misalnya dengan ilmu yang dipelajarinya ia akan mampu menepis sikap sombong, dan menjalani ritual belajar dan beramal akan dipersembahkannya untuk Allah saja. Sudah pasti keteladanan orang tua dan pendidik, dibutuhkan agar karakter ikhlas betul-betul dirasakan anak. Anak belajar dan beramal karena ia sendiri butuh semua ini.
Sebisa mungkin hindari banyak kata-kata ancaman dan tumbuhkan perasaan cinta dalam melakukan suatu kebaikan. Kasih sayang dan kedekatan yang serasi dan harmonis dengan anak akan membantunya untuk bertahap memiliki karakter ikhlas.