WAKAF MANDIRI - Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda, “Tunaikanlah amanat pada yang memberikan amanat kepadamu. Janganlah berlaku khianat pada orang yang mengkhianatimu.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud).
Hadits ini jadi dalil tentang perintah orang yang menunaikan amanat pada muamalat dan hal lainnya. Tapi, jika ada yang berkhianat kepada kita, tak perlu membalas dengan khianat.
Khianat adalah, menyelisihi kebenaran dengan membatalkan perjanjian secara diam-diam. Hakikat khianat menurut Ibnu ‘Asyur dalam At-Tahrir wa At-Tanwir adalah, menjalankan berbeda dari yang diamanatkan, tanpa diketahui orang yang memberi amanat.
Dan cara menghadapi orang yang berkhianat kepada kita, ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyampaikan dalam Qa’idah fii Ash-Shabr, bahwa manusia dalam menghadapi orang yang telah mengkhianatinya, ada tiga macam. Yakni,
Dzalim.
Orang dzalim adalah yang membalas lebih dari kewajaran. Kedzaliman dengan berbagai macam bentuk itu diharamkan. Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SAW bersabda, Allah SWT berfirman, “Wahai hambaKu, sesungguhnya Aku tidak berbuat dzalim dan Aku pun mengharamkan kalian berbuat dzalim. Janganlah saling mendzalimi satu sama lain.” (HR. Muslim, no. 2577)
Ingatlah, bahwa kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Hati-hati kedzaliman, karena zalim itu kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim, no. 2578)
Muqtashid.
Adalah orang yang membalas sewajarnya, tanpa membalas lebih. Allah SWT berfirman, “Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (QS. Al-Baqarah: 194)
Dalam ayat lain disebutkan, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. An-Nahl: 126).
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy-Syura: 40).
Muhsin.
Artinya, orang yang memaafkan dan tidak membalas dendam sama sekali. Inilah sifat yang terpuji. Dalam ayat disebutkan, “dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur: 22)
“dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)
Yang terbaik adalah, membalas keburukan dengan kebaikan. Allah SWT berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)
Jika ada yang berbuat jelek kepadamu, balaslah dengan kebaikan kepadanya. ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Jika ada yang berbuat salah kepadamu, maka balaslah dengan suatu ketaatan kepada Allah kepadanya.” (Lihat Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim, 6:529)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan tentang ayat ini, “Allah memerintahkan kepada orang beriman untuk bersabar ketika marah dan bersikap lemah lembut menghadapi orang yang bodoh, lalu bersikap memberikan maaf kepada orang yang berbuat jelek. Jika seperti itu dilakukan, Allah akan menyelamatkan mereka dari gangguan setan, musuhnya akan tunduk, dan akhirnya menjadi teman yang sangat setia.” (Lihat Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim, 6:530)
Ingatlah, yang bisa membalas kejelekan dengan kebaikan hanyalah orang-orang yang bersabar. Berikut ini cara menghadapi orang yang telah mengkhianati kita. Yakni,