...
Diuji dengan Harta

WAKAF MANDIRI - Semua sudah mengenal apa itu harta. Tidak ada seorang pun yang belum mengerti tentang hal ini. Kemasyhurannya telah menenggelamkan seluruh penjuru dunia. Kedudukan harta sangatlah tinggi dihati manusia, menjadi sesuatu yang sangat dicintai dan berharga bagi mereka.

Allah berfirman, “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (Qs. Al-Aadiyat: 6-8)

Harta adalah satu tuntutan kebutuhan pokok manusia untuk hidup di setiap tempat dan zaman, kecuali di akhir zaman. Dimana harta berlimpah ruah, sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya karena tidak dapat memanfaatkannya. Waktu itu orang sangat semangat untuk shalat dan ibadah. Tentunya lebih baik dari dunia dan seisinya, karena mereka mengetahui dekatnya hari kiamat, setelah turunnya Nabi Isa.

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ditanganNya, telah dekat turunnya Ibnu Maryam pada kalian sebagai pemutus hukum dan imam yang adil, lalu ia menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus upeti dan harta melimpah ruah sehingga tidak ada seorang pun yang menerimanya, hingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Ahmad, dan At-Tirmidzi)

Akan terjadi juga sebelumnya satu masa yang berlimpah rezeki, hingga khalifah tidak menghitung hartanya dengan bilangan. Namun menyerahkannya dengan cidukan kedua telapak tangannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang diakhir umatku seorang khalifah yang menciduk harta dengan cidukan tidak menghitungnya dengan bilangan.” (HR Muslim).

Semua orang telah mengetahui kegunaan harta di dunia. Karenanya mereka berlomba-lomba mencarinya, hingga melupakan mereka atau mereka lalai dari memperhatikan perkara-perkara penting yang berhubungan dengan harta. Perkara yang berhubungan dengan perintah dan larangan Allah dan RasulNya, hingga akhirnya mereka tidak lagi memperhatikan mana yang halal dan mana yang haram.

Ternyata permasalahan rezeki dan harta telah mendapatkan perhatian besar dalam Al-Quran. Kata rezeki dengan kata turunannya diulang sebanyak 123 kali dan kata harta (al-Maal) dengan kata turunannya diulang sebanyak 86 kali. Padahal Allah tidak mengulang-ulang satu kata kecuali demikian besar urgensinya untuk sang makhluk.

Sehingga sudah selayaknya kaum muslimin mengenal dan mengerti bagaimana konsep Islam terhadap harta dan sikap yang tepat menjadikan harta sebagai nikmat yang membawa kepada kebahagian dunia dan akherat.

Minimal mengetahui harta adalah fitnah yang Allah ujikan kepada makhlukNya, agar mereka dapat bersyukur dan tegak pada mereka hujjah dan penjelasan yang terang. Semua itu agar orang hidup dengan harta di atas ilmu dan dapat bersabar bila tidak memiliki harta ini.

Allah menciptakan manusia dan memberinya kesukaan kepada syahwat harta, sebagaimana firmanNya, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imraan: 14)

Tidak dipungkiri lagi, bahwa harta adalah fitnah (cobaan) yang Allah berikan kepada hambaNya, sebagaimana firman Allah, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfaal: 28)

Bahkan menjadi fitnah besar bagi umat Islam yang merusak dan meluluh lantakkan semua persendian mereka. Sehingga mereka terkapar seperti orang sakit dan menjadi hinaan umat lain. Akal dan hati mereka terkendalikan oleh harta, sehingga lambat laun lemahlah kondisi mereka.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.”

Memang harta adalah salah satu syahwat terbesar yang dimiliki manusia, namun juga menjadi salah satu sebab mendekatkan diri kepada Allah. Harta menjadi tiang kehidupan seseorang. Ketika ia berusaha mendapatkan harta yang halal untuk membeli rumah, menikah dan memiliki anak yang saleh, serta berbahagia dengan keluarga dan hartanya. Maka hal ini adalah amalan yang disyariatkan.

Nabi SAW bersabda, “Demikianlah harta dapat menjadi sebab seornag masuk syurga, namun juga bisa membuat orang terjerumus ke dalam neraka jahanam.”