WAKAF MANDIRI - Semua makhluk mempunyai jatah rezeki dari Allah SWT. Macam-macam bentuknya. Ada yang berupa makanan, minuman, harta, kebahagiaan, perlakuan baik, nikmat yang membuat hati kita terenyuh, dan segala kebaikan yang kita dapatkan.
Jadi, tak selamanya rezeki itu berupa harta. Bukan sekadar uang, rumah mewah, perhiasan, permata, surat berharga, atau segala harta gono-gini. Ada bentuk rezeki yang abstrak, seperti perlakuan baik orang lain kepada kita, keselamatan ketika menumpangi kendaraan, padahal kita seharusnya menumpangi kendaraan yang berangkat lebih dahulu, dan ternyata mengalami kecelakaan. Masya Allah...
Allah SWT berfirman ratusan kali tentang rezeki agar menjadi perhatian bersama. Ada 123 ayat Al-Quran menyebut istilah tersebut. Baik dicari atau tidak, kalau sudah waktunya datang, maka rezeki itu akan tiba kepada kita. Kitab Mawaizh Ushfuriyah memuat kisah sufi agung Ibrahim bin Adham (718-782). Saat menunggangi kuda, dia menyaksikan seekor burung mengambil potongan roti dengan paruhnya. Kemudian terbang menuju dataran tinggi. Tak hanya sekali, burung itu melakukan hal sama berkali-kali.
Ibrahim kala itu penasaran dengan kelakuan si makhluk bersayap. Ketika burung itu mengepakkan sayap dan terbang, Ibrahim memacu kudanya mengikuti ke mana dia membelah langit. Ternyata menuju area perbukitan. Ibrahim terus mengarahkan kudanya ke sana.
Ketika sampai di dataran tinggi, burung itu mendarat. Ibrahim menjaga jarak, lalu turun dari kuda dan melangkahkan kaki perlahan, sampai dia melihat si burung yang berjalan mendekati seseorang yang terbaring. Dengan paruhnya yang kecil, si burung menyuap potongan roti tadi ke mulut orang yang terkulai tak berdaya.
Orang itu adalah musafir yang dirampok sehingga perbekalannya habis, tapi dia tetap hidup dalam keterbatasannya, karena Allah terus memberikan rezeki kepadanya. Kisah ini adalah bukti bahwa setiap makhluk pasti mendapatkan rezeki. Tak perlu tergesa-gesa, apalagi ngoyo mencari rezeki, seakan rezeki itu terbatas. Sekali lagi, bukan begitu caranya. Pasrahkan saja kepada Allah. Rezeki akan datang.
Imam Hasan al-Bashri (641-728) berkata, Allah memilihkan dan memberikan rezeki yang baik kepada hamba, tapi orang tersebut terkadang tak mengetahui hal itu, karena ia bodoh. Maksudnya, ada saja orang yang tak menyadari rezeki yang sampai kepadanya adalah pilihan yang terbaik.
Orang seperti itu merasa kurang dan berangan-angan, seharusnya mendapatkan yang lebih. Selalu meminta yang banyak, rakus, jauh dari qanaah. Kasihan orang seperti ini. Yang seharusnya dia mendapatkan berkah sehingga bersyukur dan berkecukupan, malah menjadi kurang dan berujung pada kufur nikmat. Nauzubillah.
Mungkin kita berharap Allah memberikan hal lebih banyak, tapi malah sedikit, bahkan kurang untuk menutupi modal. Tapi kalau disyukuri, rezeki yang kecil itu adalah jalan untuk lebih dekat dengan Allah agar kita tak berharap harta saja.
Bisa jadi rezeki yang kita anggap kecil itu berupa pendapatan yang tak seberapa, tapi orang-orang yang membersamai kita itu tulus mendukung kita, senyum kepada kita, dan selalu berbuat baik kepada kita. Ditambah lagi pasangan hidup, anak-anak, dan keluarga kita sehat semuanya dan memberikan dukungan psikologis yang menenangkan hati. Itu semua adalah rezeki yang mahal.
Allah memedulikan, bahkan mencintai kita dengan caraNya, yang terkadang atau bahkan sering tak kita ketahui. Kita harus selalu berprasangka baik kepadaNya, berzikir kepadaNya, memohon ampunanNya, sehingga batin ini memahami hikmah segala sesuatu yang Dia rezekikan kepada kita. Selalu bersyukur dan bermunajat kepadanya, baik dalam keadaan bahagia, maupun penuh derita.