Card image
Menjaga Kepercayaan dengan Kejujuran

WAKAF MANDIRI - Betapa kejujuran dianggap sebagai harta tak ternilai dalam pergaulan di dunia ini. Sejak kecil, Rasulullah SAW pergi berdagang dengan pamannya ke negeri-negeri tetangga. Beliau membawa modal dari beberapa pengusaha kaya, kemudian kembali ke kampungnya dengan membawa keuntungan dari hasil berdagang. Karena sangat jujurnya beliau, sampai-sampai beliau dijuluki “al-Amin” oleh masyarakat sekitarnya, yang berarti “dapat dipercaya”.

Betapa kita akan menjadi sangat kecewa dan sakit hati, apabila kita dibohongi oleh sahabat kita, atau oleh orang lain yang kita kenal. Karena begitu mahalnya nilai sebuah kejujuran, maka siapa yang menodai kejujuran itu dengan kebohongan, haruslah ia berjuang kembali dari awal, untuk memperoleh kepercayaan penuh lagi dari teman-teman yang dulu pernah memercayainya.

Sekali kita berbohong, selamanya orang tidak akan percaya lagi kepada kita. Kira-kira begitulah ungkapan yang menggambarkan betapa berartinya sebuah kejujuran.

Dalam sebuah riwayat dikatakan, bahwa tidak ada akhlak yang paling dibenci Rasulullah SAW lebih dari bohong. Apabila beliau melihat seseorang bohong dari segi apa pun, orang itu tidak keluar dari perasaan hati Rasulullah, sampai beliau tahu bahwa orang itu telah bertobat.

“Sesungguhnya orang yang paling kubenci dan yang paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak omong kosong, bermulut besar lagi berlagak tahu.” (HR. Tirmidzi).

Maka, lidah yang tidak terjaga dengan baik, menebarkan dusta, dan menyebabkan khianat, itulah orang yang munafik. Maka, berhati-hatilah kita dalam memikul amanah. Seorang karyawan mendapatkan promosi ke jenjang manajer, itu adalah amanah.

Jangan sampai amanah tersebut dikhianati dengan cara mengorupsi waktu kerja dengan membaca koran, bermain game di komputer, atau pun menindas bawahan. Itu contoh orang yang tidak amanah. Dia tidak dapat menanggung amanah yang diberikan kepadanya dan menganggap remeh amanah yang diusungnya.

Demikian juga apabila kita dititipi sesuatu oleh teman kita untuk diberikan kepada teman kita yang lain. Jangan sampai barang yang diamanahi itu kita sia-siakan, terlebih tidak kita berikan kepada yang berhak menerimanya.

Ada seseorang yang diberikan amanah oleh temannya, “Wahai sahabatku, berikanlah pakaian ini kepada Fulan. Dan katakanlah bahwa pakaian ini adalah pemberian dari diriku melalui dirimu.” Kemudian orang tersebut melihat bahwa pakaian itu indah, maka diambilnya beberapa potong pakaian itu, baru selebihnya diberikan kepada Fulan. Ini adalah contoh orang yang tidak amanah. Dia berkhianat, padahal sejak awal ia sudah menyanggupi amanah tersebut.

Rasulullah bersabda, “Seberat-berat agama adalah memelihara amanah. Sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang tidak memelihara amanah, bahkan tidak diterima shalat dan zakatnya.” (HR. al-Bazzar).

Oleh karena itu, janganlah kita takut tidak punya rezeki. Tapi, takutlah apabila kita tidak punya kejujuran dalam cara mendapatkan rezeki. Karena bukankah Allah Yang Mahakuasa tidak pernah lalai dalam mengatur rezeki setiap makhluk-Nya.

Jangan takut tidak punya jabatan, tapi takutlah apabila kita tidak jujur dalam memperoleh jabatan. Tiada orang yang tersiksa dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak jujur pada diri sendiri. Betapa menderitanya orang yang hidup dengan kebohongan.

Pikirannya akan lelah karena harus terus mencari kebohongan-kebohongan berikut untuk menutupi kebohongan-kebohongan yang telah dilakukan sebelumnya. Maka, jadilah orang yang jujur. Sesungguhnya, jujur itu adalah tanda bahwa kita bertanggung jawab. Dan jujur itu, ternyata lebih disukai Allah dan sesama kita.

Quotes

WAKAF MANDIRI adalah lembaga wakaf nasional yang berkhidmat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yatim dan dhuafa, dengan menggalang dan mengelola sumberdaya wakaf secara produktif, profesional dan amanah.